Di Era Globalisasi
Fahimatul Ainiyah

Di era globalisasi teknologi bertambah maju pesat, desaku terendam lumpur. Dulu sebelum ada pengeboran minyak di desaku Renokenongo, desaku amat indah dan subur. Di kala pagi tiba sawah hijau menghampar, burung-burung terbang berkicau menyambut pagi tiba, petani berangkat ke sawah menunaikan tugasnya, karyawan pabrik berangkat berduyun-duyun memenuhi jalan, sedangkan aku siap-siap berangkat ke sekolah. Begitu indah, damai di hati.

Semenjak desaku ada pengeboran minyak, harapan warga desa bisa menjadi desa maju dan sejahtera. Namun apa daya malah jadi petaka bagi desaku. Melihat kebocoran pipa gas seakan-akan tidak bisa menenggelamkan desa seluas itu. Ledakan pipa gas seperti hari kiamat datang. Semua mencari keselamatan sendiri-sendiri yang tua- tua tanpa berbaju lari sejauh-jauhunya tanpa tujuan hati saya gemetar-takut melihat pemandangan seperti itu.

Sesudah kejadian itu hari-hariku diselimuti ketakutan yang amat dalam. Di sekolah belajar tidak tenang, namun kujalani saja. Kini giliran rumahku, rumah neneku, rumah budeku semua terendam lumpur. Kenyamanan hidupku benar-benar terenggut. Saya hidup di rumah kontrakan. Keluarga dan famili banyak yang hidup di pengungsian pasar baru, Porong. Tetangga dan teman-temanku hidup menyebar. Tak tahu dimana mereka tinggal.

Dengan kejadian ini saya berfikir teknologi bertambah maju, mengapa pengeboran minyak menghasilkan malapetaka bagi masyarakat. Apakah ini era globalisasi? Ataukah tangan-tangan manusia yang melakukan kelalaian. Atau ini merupakan adzab dari Allah karena manusianya kurang melestarikan lingkungan hanya mengurus hasilnya saja. Kalau begini selanjutnya dimana bumi yang akan aku pijak untuk meneruskan hidup.

Posted in |

0 comments: