Berani Untuk Jujur
Datul (SD Renokenongo I, 3 tahun di pengungsian Pasar Baru, Porong)

“Datul,” panggil Bu Nadia. Hari ini dibagikan hasil ulangan tengah semester, tepatnya, ulangan matematika. Saat aku maju untuk menerima hasil ulangan, Bu Nadia Wali Kelas ku menatapku dengan tajam

“Belajar yang rajin ay Tul, nilaimu Jatuh, “ suaranya lembut tapi keras ditelingaku.

Benarlah, ketika kubuka kertas ulangan itu, nilaiku hanya 30, oh Tuhan! Apa ini? Nilai 30! apa yang harus kukatakan pada ibu, bila ia bertanya nanti sepanjang pelajaran hari ini disekolah, aku tak bisa berkonsentrasi. Pikiranku melayang tak karuan.

Saat pulang, aku langsung ke kamar, tak kuhiraukan panggilan Ibu untuk makan. Aku memutar otak untuk menutupi nilai jelekku. Ku tatap angka 30 itu lama sekali, sampai akhrnya kutemukan cara yang jitu. Mau tahu?

Kuubah angka tiga itu menjadi delapan dan coretan pada angka yang salah ku beri pembetulan. Ah, ibu pasti tidak tahu. Pikiranku bisa jahat juga, ya?

“Mana hasil ulangannya, Tul?” Tanya Ibu saat aku makan. Deg. "Sebentar kuambilkan Bu,” jawabku mencoba santai.

“Bagus juga ya. Tapi kok banyak kesalahan yang di betulkan begini?” Komentar Ibu.

“Nggak tahu ya, Bu Guru juga yang koreksi, jawabku menghindar. Beruntung ibu tidak bertanya lagi. Namun hal itu sangat menyiksaku, bahkan sampai malam hari, saat aku pergi tidur. Apalagi saat kudengar suara mesin jahit ibu. Selarut itu ia masih bekerja, kok tega aku membohonginya. Aku pun keluar kamar. Aku memeluk Ibu dari belakang dan meminta maaf atas kebohonganku.

“Ibu senang akhirnya Datul mau jujur. Ibu sebenarnya sudah curiga. Jangan diulangi lagi ya sayang” kata ibu.



Posted in |

0 comments: